Apakah bakteri dan virus berhubungan dengan infeksi nosokomial jelaskan

KOMPAS.com - Rumah sakit sebagai penyedia layanan kesehatan menjadi tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat.

Hal ini memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan bagi semua orang dalam rumah sakit, baik tenaga medis hingga pengunjung.

Salah satu infeksi yang dapat terjadi di lingkungan kesehatan terutama rumah sakit, adalah infeksi nosokomial.

Baca juga: 13 Cara Mengurangi Risiko Terkena Infeksi yang Baik Dilakukan

Infeksi nosokomial adalah salah satu penyakit menular yang didapatkan dari fasilitas pelayanan kesehatan atau ketika menjalani perawatan di rumah sakit.

Infeksi nosokomial tidak dapat langsung disadari ketika masuk, melainkan memerlukan waktu setidaknya 48 jam untuk berkembang dan memunculkan gejala.

Beberapa bentuk penyakit akibat infeksi nosokomial diantaranya adalah:

  1. infeksi aliran darah
  2. pneumonia
  3. infeksi saluran kemih (ISK)
  4. infeksi luka operasi (ILO)

Infeksi nosokomial juga dapat menimbulkan komplikasi penyakit serius seperti sepsis bahkan kematian.

Infeksi nosokomial merupakan tantangan serius bagi para tenaga medis di seluruh dunia dalam menghadapi pandemi Covid-19.

Penyebab

Infeksi nosokomial paling sering terjadi akibat bakteri. Namun, jamur, virus, dan parasit juga dapat menyebabkan manusia mengalami penyakit ini.

Infeksi akibat bakteri jauh lebih berbahaya karena umumnya disebabkan oleh bakteri yang sudah kebal terhadap antibiotik.

Baca juga: 3 Penyakit Akibat Infeksi Virus yang Sering Dialami Anak

Merangkum dari Healthline, beberapa bakteri berikut ini dapat menyebabkan infeksi nosokomial:

  1. Staphylococcus aureus (S. aureus), menyebabkan infeksi pada aliran darah
  2. Escherichia coli (E.coli), menyebabkan infeksi saluran kemih (ISK)
  3. Enterococcus, infeksi dapat terjadi di darah, ISK, dan luka
  4. Pseudomonas aeruginosa (P. aeruginosa) , infeksi dapat terjadi di ginjal, ISK, dan pernapasan

Infeksi nosokomial akibat bakteri dapat terjadi pada pasien yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit atau pasien dengan imunitas tubuh yang lemah.

Penularan infeksi nosokomial dapat terjadi melalui udara, air, atau kontak langsung dengan pasien rumah sakit.

Bakteri, jamur, virus, dan parasit dapat menyebar melalui sentuhan tangan dan peralatan medis yang menyentuh bagian tubuh.

Gejala

Infeksi akibat efek perawatan medis dapat terjadi dalam beberapa waktu berikut:

  • sejak awal masuk rumah sakit hingga 48 jam setelahnya
  • sejak keluar dari rumah sakit hingga 3 hari setelahnya
  • sejak selesai operasi hingga 30 sampai 90 hari setelahnya
  • mengunjungi rumah sakit untuk menjalani perawatan selain infeksi

Gejala yang dirasakan penderita infeksi nosokomial dapat bervariasi karena menyesuaikan dengan penyakit infeksi yang terjadi.

Baca juga: Terlihat Sama, Ini Beda Infeksi Virus dan Bakteri

Berikut beberapa jenis infeksi nosokomial yang sering terjadi disertai gejala:

  1. infeksi aliran darah, dengan gejala:
    - demam
    - menggigil
    - tekanan darah menurun
    - infeksi akibat pemasangan infus menyebabkan nyeri atau mengalami pembengkakan di sekitar tempat pemasangan
  2. pneumonia, dengan gejala:
    - demam
    - sesak napas
    - batuk berdahak
  3. infeksi luka operasi, dengan gejala:
    - demam
    - kemerahan pada luka
    - luka terasa nyeri
    - luka mengeluarkan nanah
  4. infeksi saluran kemih, dengan gejala
    - demam
    - sakit saat buang air kecil
    - sulit buang air kecil
    - perut bagian bawah atau punggung terasa sakit
    - muncul darah pada urine

Di samping itu, terdapat beberapa gejala umum yang dirasakan penderita infeksi nosokomial, yakni:

Baca juga: 6 Gejala Infeksi Setelah Operasi yang Perlu Diwaspadai

  • demam
  • muncul ruam di kulit
  • sesak napas
  • denyut nadi cepat
  • lemas
  • sakit kepala
  • mual atau muntah

Diagnosis

Infeksi nosokomial dapat didiganosis dengan melakukan konsultasi kepada dokter. Nantinya, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik.

Selain pemeriksaan fisik, dapat juga dilakukan beberapa tes berikut untuk memastikan diagnosis:

  1. tes darah, untuk melihat gejala infeksi dari kadar sel darah
  2. tes urine, untuk mengetahui adanya infeksi pada saluran kemih
  3. tes dahak, untuk mengetahui jenis bakteri pada saluran pernapasan
  4. kultur darah, dahak, atau cairan luka operasi, untuk memastikan keberadaan dan mengetahui penyebab infeksi
  5. melakukan rontgen, USG, CT scan, atau MRI, untuk mengetahui kondisi dan adanya infeksi pada organ tertentu

Perawatan

Pengobatan infeksi nosokomial disesuaikan dengan jenis infeksi yang menyertainya.

Baca juga: Membedakan Sinusitis Akibat Infeksi Virus dan Bakteri

Pada infeksi akibat bakteri, di awal dugaan dokter akan memberikan terapi antibiotik secara empiris karena bakteri penyebab infeksi masih belum diketahui secara pasti.

Setelah hasil pemeriksaan keluar dokter akan menyesuaikan antibiotik dan obat lain dengan jenis bakteri atau kuman penyebab infeksi nosokomial.

Pada infeksi nosokomial akibat infeksi luka operasi, dokter akan melakukan operasi debridement untuk mengangkat jaringan yang terinfeksi dan rusak agar tidak menyebar.

Selain itu, juga terdapat terapi suportif yakni dengan memberikan cairan, oksigen, atau obat untuk meredakan gejala sehingga kondisi pasien tetap stabil.

Komplikasi

Apabila infeksi nosokomial tidak segera mendapat penanganan akan berisiko memunculkan berbagai komplikasi, diantaranya:

  1. endokarditis, infeksi pada lapisan bagian dalam jantung
  2. osteomielitis, peradangan di dalam tulang
  3. peritonitis, peradangan pada selaput pembatas dinding perut bagian dalam dengan organ-organ perut
  4. meningitis, peradangan pada lapisan pelindung otak dan saraf tulang belakang
  5. sepsis, kerusakan pada banyak organ
  6. abses paru, muncul nanah di jaringan paru-paru
  7. gagal organ
  8. gangren, matinya sebagian jaringan tubuh
  9. kerusakan permanen pada ginjal

Baca juga: 9 Tanda-tanda Infeksi pada Luka di Kulit

Pencegahan

Pencegahan infeksi nosokomial adalah tanggung jawab seluruh orang yang berada di rumah sakit, meliputi tenaga medis, pasien, dan pengunjung.

Beberapa langkah berikut dapat mencegah penyebaran infeksi nosokomial, diantaranya:

  1. Mencuci tangan dengan benar sesuai anjuran WHO ketika:
    - sebelum memegang pasien
    - melakukan tindakan kepada pasien
    - setelah terpapar cairan tubuh (urine, feses, darah)
    - setelah menyentuh pasien
    - setelah menyentuh barang-barang di sekitar pasien
  2. Menjaga kebersihan lingkungan rumah sakit misalnya dengan cairan disinfektan
  3. Memastikan sirkulasi udara dalam ruangan rumah sakit
  4. Menggunakan alat medis sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP)
  5. Menempatkan pasien berisiko di ruang isolasi
  6. Mengidentifikasi jenis isolasi yang diperlukan pasien
  7. Mengenakan alat pelindung diri (APD) sesuai SOP, seperti sarung tangan dan masker ketika melayani pasien
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Apabila Anda merasa cemas akan suatu gejala atau merasakan gejala-gejala yang telah disebutkan sebelumnya, segera konsultasikan ke dokter.

Penyebab infeksi di rumah sakit

Infeksi nosokomial adalah kondisi yang disebabkan oleh penyebaran virus, bakteri, atau jamur di seluruh tubuh pasien. Penularan ini bisa terjadi akibat prosedur medis, kontak antarpasien, atau karena memasukkan alat medis ke dalam tubuh.

Kebanyakan pasien di rumah sakit memiliki sistem imun yang cenderung lemah, maka itu infeksi rentan terjadi. Tipe paling umum adalah infeksi aliran darah, pneumonia (contoh: pneumonia yang terkait dengan ventilator), infeksi saluran kemih, dan infeksi tempat operasi.

Berikut adalah tiga kuman penyebab penyakit (patogen) yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial.

1. Bakteri

Bakteri adalah patogen utama yang paling banyak ditemukan pada kasus infeksi nosokomial. Beberapa bakteri terdapat secara alami di dalam tubuh pasien, kemudian infeksi terjadi karena kekebalan tubuh pasien menurun.

Jenis bakteri Acinetobacter adalah yang paling sering ditemukan pada infeksi di ruang ICU. Selain itu, terdapat juga Bacteroides fragilis, yang biasa ditemukan di infeksi saluran usus atau usus besar. Bakteri-bakteri seperti Enterobacteriaceae, S. aureus, dan C. difficile juga ditemukan pada infeksi bakteri di rumah sakit.

2. Virus

Selain bakteri, virus juga termasuk penyebab utama infeksi nosokomial. Sebanyak 5% kasus infeksi rumah sakit disebabkan oleh virus. Penularannya dapat melalui pernapasan, kontak tangan, mulut, dan kotoran.

Salah satu penyakit kronis yang disebabkan oleh virus adalah hepatitis. Hepatitis biasanya ditularkan melalui jarum suntik yang tidak steril. Selain itu, virus seperti influenza, HIV, rotavirus, dan virus herpes-simplex juga ditemukan pada infeksi rumah sakit.

3. Parasit jamur

Orang yang mengalami gangguan sistem imun tubuh juga rentan terkena infeksi oleh parasit jamur di rumah sakit. Jenis parasit jamur yang paling sering ditemukan adalah Aspergillus sp., Candida albicans, dan Cyptococcus neoformans.

Jenis infeksi nosokomial

Sementara, jika dilihat berdasarkan jenis infeksinya, berikut ini adalah beberapa penyebab infeksi yang penularannya terjadi di rumah sakit.

1. Infeksi aliran darah

Central line-associated bloodstream infection atau infeksi aliran darah merupakan jenis infeksi nosokomial yang paling berbahaya, dengan tingkat kematian sebesar 12-25%.

Infeksi aliran darah ini biasanya disebabkan oleh penggunaan alat yang dimasukkan ke dalam tubuh, seperti kateter atau alat intravaskular. Bakteri yang mungkin dapat memicu infeksi ini adalah Staphylococcus, Enterococcus, dan berbagai jenis jamur Candida.

2. Infeksi saluran kemih

Infeksi ini merupakan jenis nosokomial yang paling banyak ditemukan. Sebanyak 12% kasus infeksi nosokomial berhubungan dengan kondisi ini. Infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh mikroflora yang ada di dalam tubuh pasien.

Pasien yang memiliki kateter urine di dalam tubuhnya rentan terkena kondisi ini. Kateter berpotensi menghambat aliran urine, sehingga terjadi infeksi pada kandung kemih. Bakteri yang sering ditemukan adalah E. coli, C. albican, dan P. aeruginosa.

3. Pneumonia

Penyakit lain yang berkaitan dengan infeksi nosokomial adalah pneumonia. Kondisi ini biasanya ditemukan pada 9-27% pasien yang menggunakan alat bantu ventilator di ruang ICU.

Mikroorganisme biasanya menyerang perut, saluran pernapasan, dan bronkitis, sehingga terjadi infeksi pada paru-paru. Patogen yang umumnya ditemukan pada infeksi jenis pneumonia adalah P. aeruginosa, S. aureus, dan Haemophilus influenzae.

4. Infeksi luka operasi

Kondisi ini juga sering terjadi pada pasien yang menjalani prosedur operasi di rumah sakit. Infeksi dapat ditularkan secara eksogen (melalui udara, peralatan medis, dan staf medis) atau secara endogen (dari flora yang ada di dalam tubuh).

Faktor lain yang mungkin dapat menyebabkan infeksi selama prosedur bedah adalah teknik bedah, kebersihan peralatan medis, dan kondisi sistem imunitas pasien. Tiga jenis patogen yang paling banyak ditemukan pada penderita infeksi luka operasi adalah P. aeruginosa, S. aureus, dan Staphylococcus jenis koagulasi negatif.

Faktor-faktor risiko infeksi di rumah sakit

Infeksi nosokomial adalah kondisi yang mungkin dapat menyerang siapa saja yang sedang menjalani perawatan atau sehabis mengunjungi rumah sakit. Namun, terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda terkena infeksi ini.

Berikut adalah faktor-faktor risiko Anda dapat terserang infeksi di lingkungan rumah sakit.

  • Usia. Penyakit ini umumnya menyerang pasien di atas 70 tahun, walaupun dalam beberapa kasus infeksi ini juga ditemukan pada pasien yang lebih muda.
  • Sistem kekebalan tubuh. Tubuh pasien yang memiliki sistem imun tubuh bermasalah lebih rentan terkena infeksi di dalam lingkungan rumah sakit.
  • Penyakit yang diderita. Pasien dengan penyakit yang memengaruhi sistem imun, seperti leukemia, tumor, diabetes melitus, dan AIDS memiliki risiko tinggi terkena infeksi di rumah sakit.
  • Berada di ICU cukup lama. Pasien rumah sakit yang tinggal lebih lama dari pasien biasa, seperti pasien ICU, akan lebih mudah terkena infeksi di rumah sakit.
  • Fasilitas medis yang kurang memadaiPusat layanan kesehatan dengan fasilitas yang tidak sesuai standar dapat meningkatkan risiko pasien terkena infeksi, seperti teknik menyuntik yang salah, embuangan sampah rumah sakit tidak dikelola dengan baik, atau peralatan medis yang kurang steril
  • Penggunaan antibiotik. Konsumsi antibiotik yang terlalu banyak, tidak sesuai dengan resep dokter, atau berhenti sebelum habis dapat menyebabkan tubuh menjadi resisten terhadap antibiotik. Hal ini mengakibatkan infeksi di rumah sakit lebih mudah terjadi.